Aku dedikasikan untuk tuan putriku
tercinta…
Kau tak pernah mengeluh ketika engkau tahu kita tak akan
memiliki apa-apa. Puas hatimu hanya memiliki sedikit dari apa-apa yang kau
butuhkan. Sementara, orang lain mungkin akan pergi meninggalkanku ataupun
mengeluh, tapi kau tak pernah sekalipun merasa resah.
Kau benar-benar mengerti, apa yang telah Rabb kita tuliskan
hari ini adalah apa-apa yang akan menjadi santapan pengisi perut kita. Aku
tidak pernah mengeluhkan makanan apapun yang ada di hadapanku. Karena ku tahu,
kedua tanganmu yang menyiapkan dan membawakannya padaku.
Di kala ku tak memiliki apa-apa, yang kupunyai adalah engkau…
Kita berdua pun tersenyum, sementara kita saksikan berbagai
macam kerusakan dan marabahaya mengancam kita, kita ketahui bahwa mereka yang
mengincar kita tidaklah berada di atas kebenaran. Dan kau istriku, sedikitpun
engkau tak pernah memberikan rasa simpati pada musuh-musuh kita.
Tak pernah aku mempertanyakanmu, kau adalah penyimpan segala
rahasiaku, penjaga kehormatanku, dan keyakinan agamaku terasa aman ketika
berada disisimu. Engkau pun tahu, hidup bersamaku akan menghantarkan berbagai
macam kesulitan untukmu, tapi tak pernah terucap keluhan dari bibirmu.
Tuan putriku, kau adalah sosok yang kuat dan itu membuatku
juga merasa kuat. Kau ibaratkan ujung tombak umat ini, tapi kau sembunyikan
kekuatanmu. Wanita lain akan bergesa-gesa mengutamakan kesenangan, keinginan
dan hawa nafsu mereka. Sementara kau, engkau adalah esensi ketaqwaan.
Hidup ini terasa lebih mudah ketika bersamamu. Kau adalah
pelengkap diriku dan aku tidak akan pernah bisa menjelaskan melalui untaian
kata, aku tidak akan lebih baik jika tanpamu. Engkau tahu dimana tempatmu
berada, yakni selalu di sampingku.
Kau tahu, ada satu hal sepele yang membuatku yakin akan
bersamamu seumur hidupku. Dari caramu memandangku, di dalam matamu aku tahu
bahwa akulah satu-satunya pria yang kau mau.
Kau pun curi hatiku, lantas kau sembunyikan ia.
Aku amat mencintai rasa kecemburuanmu. Aku suka menggodamu
dengan menyebut orang lain hanya supaya aku bisa tahu, bagaimana dalamnya rasa
sayangmu padaku.
Setan pun tak memiliki kesempatan untuk mendekatimu karena
kau tak pernah tertinggal dalam Sholat Fajar. Aku teramat suka ketika kau
terlebih dahulu meninggalkan ranjang tempat tidur kita untuk menyongsong puasa.
Aku senang, kebenaran lebih kamu cintai dari pada hidupku dan
berbagai perhiasan dunia ini. Kala ku melihatmu sedang mengurus anak-anak kita,
dalam batinku aku tersenyum dan bertanya-tanya, aku tak akan pernah
menginginkan wanita lain selainmu.
Cintaku, sebenarnya kita bisa saja memiliki semua kesenangan
dunia ini. Akan tetapi, siapakah gerangan yang rela menjual surga untuk
kemudian ditukar dengan satu kesenangan semu ini? Bukan kita! Tak akan kita
seperti itu!
Aku telah memilihmu wahai cintaku sebagaimana aku tahu bahwa
anak-anakku akan aman bersamamu. Tak kan pernah aku merasa harus
mengkhawatirkan al wala’ wal baro’ dari bayi-bayi kecil kita. Mereka akan
mencintai apa yang kita cintai, mereka akan mencintai Allah yang Mahasuci dan
Maha Tinggi, mereka akan mencintai Nabi dan para sahabatnya.
Mereka akan hidup untuk melayani satu kalimat, “La illaaha
illallah Muhammad Rasulullah!”
Orang lain mungkin akan menyerah ketika memperjuangkannya,
tapi anak-anak kita tidaklah akan demikian. Detak jantung mereka akan
senantiasa mengiringi kalimah syahadah, lisan mereka akan senantiasa bersaksi
atasnya, dan kedua belah tangan mereka akan meninggikannya.
Tuan putriku, cintaku, jangan berpikir aku pergi
meninggalkanmu.
Jangan berpikir bahwa di dunia ini ada sesuatu yang lebih
berharga bagiku, daripada saat-saat ketika aku melangkah menuju rumah kita, dan
aku mengetahui siapakah di balik pintu itu yang tengah menunggu kepulanganku.
Aku pergi untuk menemukan tempat yang lebih baik bagi kita,
aku pergi untuk memenuhi penawaran dari Rabb yang mempertemukan kita.
Perniagaan bisnis paling indah dan terbaik keuntungannya diantara yang terbaik.
Yakni Surga.
Allah selama ini benar-benar amat menyayangiku, kenapa?
Karena Dia memberikanmu padaku. Dan hal yang paling sulit bagiku adalah ketika
kembali menyerahkanmu padaNya, lalu pergi memunggungimu.
Orang-orang mengatakan, bahwa mereka tak bisa memahami apa
yang kita lakukan, mereka tak mengerti bahwa setelah ini semua kesedihan akan
terlupakan, dan rumah baru kita telah menantikan kedatangan kita.
Kita sedang berbicara tentang sungai madu dan susu yang
mengalir di Surga. Kita sedang berbicara tentang istana bertaburkan mutiara dan
singgasana emas disana.
Sungguh, aku teramat takut gerbang Surga akan menutup sebelum
aku bisa memasukinya. Aku khawatir orang lain akan mendahuluiku.
Aku tahu kau akan mengirim anak-anak kita untuk mencari ayah
mereka, kau akan memberitahu putra-putri kita bahwa mereka akan menemukanku di
setiap pertempuran dimana Bendera Hitam berkibar. Katakan kepada anak-anak
kita, bahwa burung-burung hijau akan pergi menemui mereka mengabarkan
kesyahidanku.
Aku pernah mengatakan, hanya 2 hal yang akan selalu kumiliki,
Kau istriku dan kematian. Aku hidup bersamamu, tapi sekarang aku harus menikah
lagi. Aku harus menikahi apa yang telah dijanjikan kepadaku ketika aku
dilahirkan ke dunia ini. Aku harus menikahi taqdirku itu, dan sebagai
imbalannya aku harus menikahi kematian.
Setelah kematian datang dan diriku di hisab, aku akan berdiri
di barisan para syuhada’ yang merupakan sebaik-baiknya makhluk yang telah Allah
ciptakan. Dan setelahnya, aku akan memohonkan izin pada Allah untuk
mempertemukan kita kembali.
Tidak ada wanita yang cukup layak untuk berdiri di sampingku
selain engkau. Lantas kenapa aku mengingninkan wanita lain di akhirat?
Istriku cintaku, hidupku saat ini tanpa kehadiranmu memang
amat menyulitkanku. Tapi kita tahu, setelah ini kehidupan kita di akhirat akan
menjadi lebih indah pun dikelilingi oleh keabadian…
Sumber: Shoutussalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar