.

Terima kasih sudah berkunjung salam kenal dariku, jangan lupa kasih komentar ya ^_^

Rabu, 21 November 2018

ZAUJATY


🌹ZAUJATY🦋

zaujati bersabarlah
jannatullah menunggumu
zaujati maafkan daku
takkan kulupa dirimu
zaujati penantianmu untuk Allah takkan berlalu

zaujati tetaplah teguh sunggu Allah kan bersamamu

sibukkan dirimu berdzikir
tilwah qur’an dan doa
tahajud siyam dan infaq
tholabul ilmi dan dakwah

bidadari bermata jeli takkan pernah menandingimu
seluruh pintu di jannah
memanggil istri sholihah

zaujati doakan daku meraih cita-citaku
zaujati alangkah rindu diriku akan syahidku

zaujati kesabaranmu pelita iman bagimu
zaujati kepergianku meraih ridho robbiku

didiklah anakmu selalu
menjaga tuntutan robbmu
mnjadi tunas mulia
umat harapan nabinya

kelak berjihad membela
syariat Allah tercinta
menyandang kitab dan pedang
itulah jalan mulia

💐Teks Nasheed🌸

Selasa, 28 Oktober 2014

Wahai Wanita, Jangan Buka Aurat Sesukamu!

Ummu Nayla untuk Al-Mustaqbal Channel

Allah SWT., secara tegas melarang wanita untuk membuka auratnya, tapi mengapa banyak wanita yang berani membuka auratnya di dunia nyata dan dunia maya. Wanita merasa senang kalo dibilang cantik, langsing, mulus, dan lain sebagainya. Ketahuilah wahai wanita, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah Azza wa Jalla. Apakah sanggup menahan pedihnya azab yang Allah janjikan?

Kemesraan Rasulullah Bersama Para Istri

Asma Khaula Untuk Al-Mustaqbal Channel

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tawadhu (rendah diri) di hadapan istri-istrinya, sampai-sampai Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Padahal sehari-harinya nabi memiliki kesibukan dalam menunaikan kewajiban menyampaikan risalah Allah Ta’ala dan kesibukan mengatur kaum muslimin.

Aisyah mengatakan, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sibuk membantu istrinya dan jika tiba waktu salat maka ia pun pergi menunaikannya.”

Imam Al-Bukhari mencantumkan perkataan Aisyah ini dalam dua bab di dalam sahihnya, yaitu Bab Muamalah Seorang (suami) dengan Istrinya dan Bab Seorang Suami Membantu Istrinya.

Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apa yang diperbuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu di rumah?”, Aisyah menjawab, “Ia melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.”

Dalam Syama’il karya At-Tirmidzi terdapat tambahan, “Dan memerah susu kambingnya…”
Ibnu Hajar menerangkan faidah hadis ini dengan mengatakan, “Hadis ini menganjurkan untuk bersikap rendah hati dan meninggalkan kesombongan dan hendaklah seorang suami membantu istrinya.”

Sebagian suami ada yang merasa rendah diri dan gengsi jika membantu istrinya mencuci, menyelesaikan urusan rumah tangga. Bagi mereka, tidak ada istilahnya lagi, nyuci baju sendiri, merapikan rumah yang tidak bersih, dan jahit baju sendiri. Seolah-olah mereka menjadikan istri seorang pembantu dan memang tugasnyalah melayani suami. Apalagi jika mereka adalah para suami berjas, pekerjaan seperti ini tentu tidak layak dan tidak pantas mereka kerjakan. Atau mereka merasa ini hanyalah tugas ibu-ibu dan para suami tidak pantas dan tidak layak untuk melakukannya.

Berikut ini beberapa kisah yang menunjukkan tawadhu’nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan istri-istrinya.

Dari Anas bin Malik ia berkisah, “Suatu saat Nabi halallahu ‘alaihi wa sallam di tempat salah seorang istrinya maka istrinya yang lain mengirim sepiring makanan. Maka istrinya yang sedang bersamanya ini memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah sehingga makanan berhamburan. Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ibu kalian cemburu…”

Perhatikanlah, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak marah akibat perbuatan istrinya yang menyebabkan pecahnya piring. Nabi tidak mengatakan, “Lihatlah! makanan berhamburan!!, ayo kumpul makanan yang berhamburan ini!. ini adalah perbuatan mubadzir!” Akan tetapi ia mendiamkan hal tersebut dan membereskan bahkan dengan rendah hati nabi langsung mengumpulkan pecahan piring dan mengumpulkan makanan yang berhamburan, padahal di sampingnya ada seorang pembantu.
Tidak cukup sampai di situ saja, nabi juga memberi alasan untuk membela sikap istrinya tersebut agar tidak dicela. Nabi mengatakan, “Ibu kalian sedang cemburu.”

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan rumah tangganya dengan tenang dan bijak, bagaimanapun beratnya permasalahan tersebut. Beliau juga mampu menenangkan istri-istrinya jika timbul kecemburuan diantara mereka. Sebagian suami tidak mampu mengatasi permasalahan istrinya dengan tenang, padahal istrinya tidak sebanyak istri rasulullah dan kesibukannya pun tidak sesibuk rasulullah. Bahkan di antara kita ada yang memiliki istri cuma satu orang pun tak mampu mengatasi permasalaha antara dia dan istrinya.

Ibnu Hajar mengatakan, “Perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ‘ibu kalian cemburu’ adalah udzur dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam agar apa yang dilakukan istrinya tersebut tidak dicela. Rasulullah memaklumi bahwa sikap tersebut biasa terjadi di antara seorang istri dengan madunya karena cemburu. Rasa cemburu itu memang merupakan tabiat yang terdapat dalam diri (wanita) yang tidak mungkin untuk ditolak.”

Ibnu Hajar juga mengatakan, “Mereka (para pensyarah hadis ini) mengatakan, bahwasanya pada hadis ini ada isyarat untuk tidak menghukum wanita yang cemburu karena sikap kekeliruan yang timbul darinya. Karena tatkala cemburu, akalnya tertutup akibat kemarahan yang dikobarkan oleh rasa cemburu. Abu Ya’la mencatat sebuah hadis dengan sanad yang hasan dari Aisyah secara marfu’, “Wanita yang cemburu tidak bisa membedakan bagian bawah lembah dan bagian atasnya.”

Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadis dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Allah menetapkan rasa cemburu pada para wanita, maka barangsiapa yang sabar terhadap mereka, maka baginya pahala orang mati syahid.” Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bazar dan ia mengisyaratkan akan sahihnya hadis ini. Para perawinya tsiqoh (terpercaya) hanya saja para ulama memperselisihkan kredibilitas seorang perawi yang bernama Ubaid bin AS-Sobbah.

Dari Anas bin Malik, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Khaibar, tatkala Allah mengilhamkan rasa tenggan dalam jiwanya untuk menaklukkan benteng Khaibar, sampai sebuah kabar kepada beliau tentang kecantikan Shafiah bin Huyai bin Akhthab dan suami Shafiah pada saat itu telah tewas dengan usia pernikahan mereka yang masih dini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun meminangnya untuk menjadi istrinya. Kemudian beliau mengadakan perjalanan pulang menuju Madinah.”

Anas melanjutkan, “Aku melihat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan kelambu di atas unta untuk Shafiah lalu beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam duduk di dekat unta lalu meletakkan lutut, lalu Shafiah menginjakkan kakinya di atas lutut beliau untuk naik di atas unta.” Adakah seorang suami yang mungkin berbuat hanya setengah dari usaha yang dilakukan Rasulullah, seperti membukakan pintu mobil untuk sang istri, membawakan belanjaannya, dsb. Tentunya hal ini tidak banyak kita dapati.

Perhatikanlah perlakuan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sedemikian tawadhu dan bersikap romantis terhadap istri-istrinya di hadapan orang banyak tanpa rasa gengsi dan canggung. Inilah sebuah qudwah sri teladan untuk para sahabat yang melihat kejadian itu dan untuk kita semua.

Kemesraan Rasulullah Bersama Istri-Istrinya

Perhatikan kisah Rasulullah bersama istrinya Aisyah.
Aisyah mengatakan, “Orang-orang Habasyah masuk ke dalam masjid untuk bermain (latihan berpedang), maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku ‘wahai khumaira (panggilan sayang untuk Aisyah), apakah engkau ingin melihat mereka?’, aku menjawab, ‘iya’.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdiri di pintu, lalu aku mendatanginya dan aku letakkan daguku di atas pundaknya kemudian aku sandarkan wajahku di pipinya. (setelah agak lama) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, ‘sudah cukup (engkau melihat mereka bermain)’, aku menjawab, ‘wahai Rasulullah, jangan terburu-buru’, lalu beliau (tetap) berdiri untukku agar aku bisa terus melihat mereka. Kemudian ia bertanya lagi, ‘sudah cukup’, aku pun menjawab, ‘wahai Rasulullah, jangan terburu-buru’. Aisyah berkata, ‘Sebenarnya aku tidak ingin terus melihat mereka bermain, akan tetapi aku ingin para wanita tahu bagaimana kedudukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di sisiku dan kedudukanku di sisi  Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam”

Lihatlah bagaimana tawadhu-nya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdiri menemani Aisyah menyaksikan permainan orang-orang Habasyah, bahkan beliau terus berdiri hingga memenuhi keinginan Aisyah sebagaimana perkataan Aisyah dalam riwayat yang lain, “Hingga akulah yang bosan (melihat permainan mereka).”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak segan-segan memberikan waktunya kepada istrinya untuk memenuhi keinginan istrinya karena beliau adalah orang yang paling lembut kepada istri dalam segala hal selama masih dalam perkara-perkara yang mubah.

Renungkanlah kisah yang dituturkan oleh Aisyah berikut ini,
“Kami keluar bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada saat safar beliau (untuk melawan kaum Yahudi kabilah bani Mushthaliq), hingga tatkala kami sampai di Al-Baidaa di Dzatulijaisy kalung milikku terputus maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun berhenti untuk mencari kalung tersebut. Orang-orang yang bersamanya pun ikut berhenti mencari kalung tersebut, padahal mereka tatkala itu tidak dalam keadaan bersuci. Maka orang-orang pun pada berdatangan menemui Abu bakar Ash-Shiddiq dan berkata, ‘Tidakkah engkau lihat apa yang telah diperbuat Aisyah? Ia menyebabkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang berhenti padahal mereka tidak dalam keadaan suci (dalam keadaan berwudu). Maka Abu Bakar menemuiku dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sedang berbaring meletakkan kepalanya di atas pahaku dan buliau telah tertidur. Lalu ia berkata, ‘engkau telah menyebabkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berhenti padahal orang-orang dalam keadaan tidak bersuci dan mereka tidak memiliki air’. Aisyah berkata, ‘Abu bakar mencelaku dan berkata dengan perkataannya lalu ia memukul pinggangku dengan tangannya. Dan tidaklah mencegahku untuk bergerak kecuali karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang tidur di atas pahaku. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bangun tatkala subuh dalam keadaan tidak bersuci lalu Allah turunkan ayat tentang tayammum. Usaid bin Al-Hudhair mengatakan, “Ini bukanlah awal barokah kalian wahai keluarga Abu bakar.” Aisyah berkata, “Lalu kami pun bersiap melanjutkan perjalanan, ternyata kalung itu berada di bawah unta yang aku naiki tadi.”

Lihatlah bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberhentikan pasukan perangnya yang sedang berangkat untuk menyerang orang-orang Yahudi hanya untuk mencari kalung Aisyah yang jatuh. Bahkan disebutkan bahwa kalung Aisyah yang hilang itu nilainya murah, ada yang mengatakan nilainya hanya dua belas dirham. Apalagi di tengah malam dan para sahabat dalam keadaan tidak bersuci dan tidak membawa air. Ini semua menunjukkan bagaimana perhatian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan tawadhu beliau kepada istrinya.

Sangat disayangkan, sebagian suami sangat pelit terhadap istrinya, bukan hanya pelit terhadap hartanya, bahkan pelit terhadap waktunya. Seakan-akan waktunya sangat berharga sehingga tidak pantas untuk dihabiskan bersama istrinya. Sering kita jumpai, ada suami yang tidak sabar untuk menemani istrinya belanja, jalan-jalan, atau kegiatan-kegiatan santai lainnya.
wallahua’lam bishshowab

Bahaya Ikhtilath Di Sekitar Kita Merajalela

Asma Khaula Untuk Al-Mustaqbal Channel

Ikhtilath atau bercampur-baurnya laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) dalam berbagai aspek telah sangat menyedihkan. Di masa penuh fitnah ini, seakan-akan yang haram itu memiliki bayangan “halal”. Sehingga  sedikit saja kita terjerumus atau berada di dalamnya, maka kebinasaan akan menyambut kita dengan tangan terbuka.

Makna Ikhtilâth
Makna ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya sesuatu dengan sesuatu yang lain (Lihat: Lisanul ‘Arab 9/161-162).
Adapun maknanya secara syar’i yaitu percampurbauran antara laki-laki dan perempuan yang tidak hubungan mahram pada suatu tempat. (Lihat: Al Mufashshal FĂŽ Ahkâmil Mar’ah: 3/421 dan Al Mar’atul Muslimah Baina Ijtihâdil Fuqohâ’ wa Mumârasât Al Muslimin hal. 111)

Media Sosial Ladang Ikhtilath
Mengapa disini disebutkan media sosial? Karena di tempat inilah banyak terjadi hal tersebut, yaitu Ikhtilath. Ikhtilath para wanita dengan laki-laki ajnabi (non mahram) untuk tujuan yang rusak, maka hal ini jelas keharamannya.
Baik itu laki-laki atau perempuan yang masih lajang, maupun yang sudah menikah. Hal-hal yang tidak penting mereka bicarakan dengan alasan “maslahat”, “ingin mencari ilmu”, dan sebagainya.

Kepada Engkau Ya Ukhti…
Wahai Ukhti muslimah, lupakah kalian dengan Sabda Rosululloh Shalallohu’alaihi wassalam, “Tidaklah aku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki laki (melainkan fitnah yang datang dari) wanita.” Dikeluarkan oleh Bukhari (9/5096); Muslim (4/2097), Ibnu Majah (3998) dan At-Tirmidzi (2780) dan dia berkata: “Hadits Hasan Shahih”

Maka janganlah kita mengumbar segala sesuatu mengenai pribadi di halaman-halaman media sosial. Yang mengundang decak kagum “komentar tak berguna” untuk memuji dan memberikan perhatian pada kita. Tahanlah diri dari segala sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga dan orang lain disekitar.
Tidakkah kita merasa sedih dengan orang tua, atau suami? Yang telah berulang kali mengingatkan dan berusaha untuk menjaga kalian, agar kalian menjadi para bidadari di dunya wal akhirat.

Kepada Engkau Ya Akhi…
Begitu juga dengan kaum adam, yang terkadang mereka juga tidak bisa menahan diri ketika melihat hal-hal yang seharusnya tidak mereka lihat ataupun mereka lakukan.

Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’. Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya'” [An-Nuur : 30-31].

Diriwayatkan dalam hadits Abu Hurairah z dari Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wassalam, “Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, dia akan mendapatkannya, tidak bisa terhindarkan. Maka zinanya mata dengan memandang (yang haram), dan zinanya lisan dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657)

Dalam lafadzh lain di sebutkan, “Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak bisa terhindarkan. Kedua mata itu berzina dan zinanya dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)

Bukan maksud hati untuk memojokkan diri karena kita seorang wanita, bukan. Tapi karena Alloh Ta’ala & RasulNya menyayangi kalian, tidak ingin menjadikan kalian sebagai bahan bakar api neraka, yang umumnya di huni oleh kaum hawa. Na’udzubillahi min dzalik.
wallahua’lam bishshowab

Wahai Wanita Mengapa Kalian Menghina Diri Kalian Sendiri Padahal Allah Hendak Memuliakanmu

Oleh : Abu Ahmad Al Indonisi
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bahagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Apabila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau boleh bersenang- senang namun padanya ada kebengkokan.” (Riwayat  Al-Bukhari no. 3331 dan Muslim no. 3632)

Rumah Adalah Surga Para Muslimah

Asma Khaula Untuk Al-Mustaqbal Channel
Miris, dewasa ini banyak perempuan yang berjuang diluar rumah. Beragam alasan membuat mereka harus melangkah keluar rumah. Ada yang karena harus mempertahankan eksistensi dalam karir, terjerumus dalam godaan indah rejeki yang terus mengalir, menghidupi keluarga, dan sebagainya.
Namun, yang menjadi perhatian disini, adalah ketika seorang perempuan berada diluar rumah bukan untuk alasan yang sesuai syari’at Islam (syar’i). Mereka terkadang hanya ingin “kongkow-kongkow” (sekedar kumpul-kumpul), membicarakan ini dan itu yang tiada manfaat, atau bahasa sekarang itu “Me Time“, serta banyak hal lainnya.
Patutkan Seorang Perempuan Berada Di Luar Rumah?

Jumat, 26 September 2014

Curhat Seorang Mujahid: ‘Ku Akan Minta Wanita Surga Paling Cantik untuk Jadi Menantu Ibu’

Curhat Sang Mujahid-1-jpeg.image“Seorang wanita… bermahkota Ibu, menggenggam jari-jari kecil ikatan ini tak kan terurai…karena tautan ini, tautan darah akidah dan rahmat dari Allah…”

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Sungguh, Dia benar-benar Maha Penyayang dan Kasih Sayang-Nya lah yang seharusnya kita cari dalam hidup ini…

Ibu, Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar Ibu hari ini? apakah Ibu sehat? kepala Ibu apa masih sering sakit?

Semoga Allah memberi Ibu kesehatan dan hidayah selalu…

Bu, maafkan anakmu yang jauh pergi meninggalkan rumah, meninggalkan Ibu dan Ayah, serta keluarga kita semua… karena anakmu ini ingin mencari Ridha serta Ampunan dari Allah, anakmu ini sangat ingin mendapatkan syafaat untukmu wahai yang paling indah dan sangat berarti dalam hidupku…

Ibu, jangan katakan aku jahat karena telah meninggalkanmu… Jika Ibu mengetahui kebenaran yang kuketahui, Ibu tidak akan menyalahkanku… Bagaimana mungkin aku akan meninggalkanmu, sedangkan engkau adalah yang paling indah bagi kedua mataku, engkaulah yang membuat hati ini selalu merindu, tetapi keinginan untuk berjumpa dengan Allah telah memenuhi hatiku…

Keinginanku dalam hidup sekarang ini adalah semoga aku segera ke Surga kemudian berjumpa dengan Allah, lalu Allah berkata kepadaku, “Aku telah Ridha kepadamu wahai hamba…”

Aahh… alangkah bahagianya diri ini, jika Rabb Sang Pemilik Alam Semesta mengatakan demikian kepada putramu yang lemah dan lalai ini…

Demi Allah wahai Ibu, aku tidak pernah iri jika melihat sahabatku punya pekerjaan yang hebat, punya kendaraan yang bagus atau rumah yang mewah, bahkan aku tidak iri melihat mereka menikah dengan wanita yang shalihah kemudian hidup bahagia bersama anak-anak mereka… aku tidak iri sama sekali…

Tapi aku sangat iri, bahkan aku merasa terluka dan sedih kemudian ingin menangis jika seorang sahabatku akhirnya dipilih sebagai seorang syuhada…Curhat Sang Mujahid-3-jpeg.image karena kenapa putramu belum juga terpilih wahai Ibu, sungguh putramu ini memang banyak lalai dan sering tertipu…

Bu, do’akan agar aku segera syahid di jalan Allah…nanti di Surga aku akan minta kepada Allah sebuah rumah dan kendaraan ‘tuk ibu dan ayah, karena di dunia aku tidak pernah memberikannya ‘tuk kalian, kita akan bepergian ke sana ke mari di surga nanti, aku juga akan meminta wanita Surga yang paling cantik lagi lembut perangainya ‘tuk jadi menantu Ibu, sebagai ganti aku tidak sempat memberinya di dunia untukmu…

Ibu, aku punya satu permintaan, mungkin ini yang terakhir… Maaf, anakmu ini pandainya cuma meminta kepadamu, tapi tidak pandai memberi… Permintaanku, pelajari dan pegang teguhlah ajaran Allah, beserta Syariat-Nya dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam, kekasih kita…

Bu, di dunia ini manusia banyak sekali tujuan hidupnya… Tetapi aku akan berusaha menjadikan seluruh hidupku hanya untuk Allah, jika aku punya lebih dari satu kehidupan, maka semuanya tetap akan kujadikan untuk Allah, karena hanya ridha-Nyalah yang kucari dan kuinginkan dalam hidup ini, aku senang terasing demi mendapatkan ridha-Nya…

Tetapi aku pun membutuhkan ridhamu wahai Ibu, sungguh pun Jihad itu tidak memerlukan izin atau ridha manusia di dalamnya, sebagaimana aku ingin shalat Jum’at ke Masjid atau aku ingin shaum bulan Ramadhan, maka aku tidak perlu meminta izin ataupun ridhamu, begitu pula dengan Jihad ini wahai Ibu…

Tetapi aku sangat membutuhkan doa dan ridhamu agar ringan terasa kaki ini melangkah… Ibu, engkaulah yang paling indah di dunia ini bagiku.. bahkan engkaulah bagian terbesar duniaku… engkaulah hati dan jiwaku bahkan engkaulah bagian terbesar hidupku..

Seandainya seorang manusia boleh sujud kepada manusia lainnya, tentu aku akan sujud kepadamu dan juga kepada ayah setiap harinya…

Curhat Sang Mujahid-4-jpeg.imageBu, aku akan selalu rindu ‘tuk memeluk dan mencium pipimu, aku akan rindu belaian tangan dan sapa hangat darimu, aku akan terkenang dengan pertanyaan-pertanyaanmu, apakah aku sehat? apakah aku sudah makan? dan semua-semuanya…

Engkaulah sahabat dan guru terbaikku… sungguh kucari kematian di jalan Allah, agar aku bisa memberi syafaat  wahai Ibu, akan kuberikan seluruh syafaatku untuk ibu dan ayah agar kalian bisa masuk Surga tanpa Hisab…

Ibu, aku selalu teringat ketika engkau memotivasiku waktu kecil, agar aku menjadi orang hebat, menjadi orang besar… tapi ajaranmu yang sangat membekas bagiku adalah ketika engkau mengajariku tentang kemuliaan dan kejujuran, tentang ketulusan dan kebesaran hati…

Engkau ajari aku agar tidak meminta-minta kepada orang lain, engkau ajari aku agar suka memberi dan menolong orang lain, agar selalu bersikap baik kepada orang lain…

Terima kasih Ibu, ajaranmu telah membuat anakmu berhasil, sekarang banyak orang-orang menolongku dan bersikap baik karena aku menunaikan ajaranmu wahai guruku…

Sungguh aku bahagia sekali terlahir dari Ibu yang sangat pemurah dan penyayang seperti dirimu, engkau sangat lembut dan penyantun kepada orang lain, tidak heran kenapa begitu banyak orang yang menyukai dan senang denganmu…

Aku bersyukur kepada Allah atas nikmat besar ini setelah nikmat Islam, Iman dan Jihad…

Ibu, jika engkau mendapat kabar tentang diriku dan bagimu itu menyedihkan, bersabar dan besarkanlah hatimu, berdo’alah semoga Allah menerimaku dan bergembiralah karena putramu telah pergi menuju kekasih-Nya, yaitu menuju Allah Rabbul ‘Aalamiin dan Rasul-Nya yang Mulia beserta para Syuhada yang berbakti…

Wahai Ibu, wahai bagian hati dan jiwaku… semoga Allah menyayangimu beserta ayah dan mencurahkan hidayah-Nya ‘tuk keluarga kita dan mengumpulkan kita semua kembali di Surga Al-Firdaus yang paling tinggi… Di sana kita tidak akan pernah bosan dan jemu, kita akan bergembira sepanjang masa bersama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang… Aamiin aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin…

Ibu Muslimah mendoakan anak-anaknya-1-jpeg.image
Kepada Allah ku memohon penjagaan Dien serta kehidupan kalian semua…

Akhir dari curahan hatiku, Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan Salam agar senantiasa tercurah kepada Nabi yang Mulia beserta seluruh Sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Dari Anak-mu yang manja dan selalu menyusahkan…

di Bumi Hijrah yang penuh berkah

(13 Rabi ul-Tsani 1435 H)
Dikutip dari :
- See more at: http://salam-online.com/2014/09/curhat-sang-mujahid-ku-akan-minta-wanita-surga-paling-cantik-untuk-jadi-menantu-ibu.html#sthash.mrzbMihb.dpuf